Sabtu, 28 Februari 2009

Akibat berbuat maksiat

Makna dan hakekat seorang mukmin itu bukan dipandang dari fisiknya saja,tapi bagaimana sikap dan tindak tanduknya dalam berhubungan dengan Al-Quran dan sunnah.
Di sini ada dua hal dalam diri seorang mukmin, secara fisik(baca:perbuatan) dia mencerminkan nilai-nilai ke-Islaman,secara nilai dia mencerminkan juga nilai-nilai ke-Islaman yang tampak dari perbuatan yang dia lakukan.

Ketika seseorang bermaksiat kepada Allah, maka bisa jadi akan hilang nilai ke-mukmin(keimanan) ini.
Coba perhatikan hadist ini

Tiada seorang berzina selagi dia mukmin, tiada seorang mencuri selagi dia mukmin,
dan tiada seorang minum khamar pada saat minum dia mukmin.
(Mutafaq'alaih)

Ada ulama yang mengatakan tidak mukmin disini adalah dari sisi nilai,
jadi tidak perlu bersyahadat lagi.
Bagaimana pun, hilangnya nilai ke-mukminan seseorang adalah suatu musibah
yang paling besar bagi seorang manusia.
Karena nikmatnya menjadi manusia ini karena ada keimanan itu sendiri.
Lezatnya kehidupan manusia itu karena adanya keimanan di dalam dirinya.
Allah memberikan gambaran yang jelas di surat Al-Bayyinah ayat ke-6,
bahwa orang-orang yang tidak beriman itu seperti binatang ternak bahkan lebih buruk daripada itu (seburuk-buruk makhluk).

Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

Bagaimana kalau maksiat itu dilakukan berulang-ulang ? atau malah
mengajak orang-orang untuk mengikuti juga perbuatan maksiat yang dia
lakukan ?

Allah memberikan nasehat kepada kita akan nasib orang-orang munafiq di
kota madinah di surat Al-Munafiqun.

Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman,
kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu
mereka tidak dapat mengerti.(63:3 )

Kemaksiatan yang dia lakukan secara terus menerus dan berulang-ulang,
mengakibatkan keras hatinya, dan akhirnya Allah mengunci hatinya,
sehingga kebenaran/hidayah tidak dia dapatkan kembali selamanya.

Akhirnya ketika orang mengajak kepada kebenaran ......
Ketika orang mengajak kepada kebaikan ......
Ketika orang memberikan solusi kepada Alquran dan Sunnah ....
Mereka berpaling dan bahkan menyombongkan diri ....
Ajakan kebenaran, kebaikan, solusi itu seolah-olah tampak di matanya sebagai
kerugian yang akan dia dapatkan ....bencana yang akan menimpanya.
Apakah mereka tidak mengerti ?
Apakah mereka bodoh ?
Apakah mereka tidak membaca AlQuran ?
Apakah mereka tidak mengerti sunnah Rasul ?

Jawabannya : Tidak, justru sebagian dari mereka adalah orang-orang yang
berilmu, mengerti semua itu, mereka orang-orang yang dekat dengan
kebenaran, mereka orang-orang yang mengenal betul akan kebenaran itu
sebagaimana orang-orang munafiq dekat dengan Rasulullah di kota Madinah.
Tapi Allah sudah terlanjur mengunci hatinya, sehingga kebenaran/hidayah tidak
akan pernah datang kepadanya.

Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu,
mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang
mereka menyombongkan diri.(63:6 )

Semoga kita termasuk kepada orang-orang yang mencintai dan melakukan
kebenaran, menjauhi dan tidak merasa lemah dalam membenci kepada
kemaksiatan.

Wollohu a'lam bishowwab.

0 komentar: