Rabu, 31 Oktober 2007

Bila Cinta Tak Berbalas

Oleh: Iwan Yanuar

“Maaf Akhi, bukannya saya tidak menghormati permintaan akhi. Tapi rasanya kita cukup menjalin ukhuwah saja dalam perjuangan. Saya doakan semoga akhi menemukan pasangan lain yang lebih baik dari saya.”

Amboi, bagaimana rasanya bila kalimat di atas dialami oleh para ikhwan? Bisa saja langit terasa runtuh, hati berkeping-keping. Sang pujaan hati yang kita harapkan menjadi teman setia dalam mengarungi perjalanan hidup menampik khitbah kita. Segala asa yang pernah coba ditambatkan akhirnya karam. Cinta suci sang ikhwan bertepuk sebelah tangan.
Ya drama kehidupan menuju meghligai pelaminan memang beragam. Ada yang menjalaninya dengan smooth, amat mulus, tapi ada yang berliku penuh onak duri, bahkan ada yang pupus ditengah perjalanan karena cintanya tak bertaut dalam maghligai pernikahan.
Ini bukan saja dialami oleh para ikhwan, kaum akhwat pun bias mengalaminya. Bedanya, para ikhwan mengalami secara langsung karena posisi mereka sebagai subyek/pelaku aktif dalam proses melamar. Sehingga getirnya kegagalan cinta –seandainya memang terasa getir- langsung terasa. Sedangkan kaum akhwat perasaanya lebih aman tersembunyi karena mereka umumnya berposisi pasif, menunggu pinangan. Tapi manakala sang ikhwan yang didamba memilih berlabuh dihati yang lain kekecewaan juga merebak dihati mereka mengambil sikap
Ikhwan dan akhwat rahimakumullah, siapapun berhak kecewa manakala keinginan dan cita-citanya tidak tercapai. Perasaan kecewa adalah bagian dari gharizatul baqa\' (naluri mempertahankan diri) yang Allah ciptakan pada manusia. Dengannya, manusia adalah manusia bukan onggokan daging dan tulang belulang. Ia juga bukan robot yang bergerak tanpa perasaan, tapi manusia memiliki aneka emosi jiwa. Ia bisa bergembira tapi juga bisa kecewa.
Emosi negatif, seperti perasaan kecewa akibat tertolak, bukannya tanpa hikmah. Kesedihan akan memperhalus perasaan manusia, bahkan akan meningkatkan kepekaannya pada sesama. Bila dikelola dengan baik maka akan semakin matanglah emosi yang terbentuk. Tidak meledak-ledak lalu lenyap seketika. Ia akan siap untuk kesempatan berikutnya; kecewa ataupun bergembira. Jadi mengapa tidak bersyukur manakala kita ternyata bisa kecewa? Karena berarti kita adalah mansia seutuhnya.
Kegagalan meraih cinta juga bukan pertanda bencana. Tapi akan memberikan pelajaran beharga pada manusia. Seorang filsuf bernama John Charles Salak mengatakan : Orang-orang yang gagal dibagi menjadi dua; yaitu mereka yang berfikir gagal padahal tidak pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan dan tak penah memikirkannya.
Karenanya kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tapi justru awal dari segala-galanya. Meski terdengar klise tapi ada benarnya; ambillah pelajaran dari sebuah kegagalan lalu buatlah perbaikan diri. Tentu saja itu dengan tetap mengimani qadla Allah SWT. Agar kegagalan mengkhitbah tidak menjadi petaka, maka ikhwan dan akhwat, persiapkanlah diri sebaik-baiknya, ada beberapa langkah yang bisa diambil:

Percayai qadla
Manusia tidak suka dengan penolakan. Ia ingin semua keinginannya selalu terpenuhi. Padahal ditolak adalah salah satu bagian dari kehidupan kita. Kata seorang kawan, hidup itu adakaanya tidak bisa memilih. Perkataan itu benar adanya, cobalah kita renungkan, kita lahir kedunia ini tanpa ada pilihan; terlahir sebagai seorang pria atau wanita, berkulit coklat atau putih, berbeda suku bangsa, dsb.
Demikian pula rezeki dan jodoh adalah hal yang berada di luar pilihan kita. Man propose, god dispose. Kita hanya bisa menduga dan berikhtiar, tapi Allah jua yang menentukan.
“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari kemudian menjadi ‘alaqah kemudian menjadi janin, lalu Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat kata dan dikatakan padanya: ‘tulislah amalnya, rizkinya dan ajalnya.” (HR.Bukhari)
Maka kokohkanlah keimanan saat momen itu terjadi pada kita. Yakinilah skenario Allah tengah berlangsung, dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik padaNya. Tanamkan dalam diri kita ‘Allah Mahatahu yang terbaik bagi hamba-hambaNya\'.Jangan biarkan kekecewaan menggerogoti keimanan kita kepadaNya. Apalagi dengan terus menanamkan prasangka buruk padaNya. Segerahlah sadar bahwa ini adalah ujian dari Allah . akankah kita menerima qadla-Nya atau merutuknya?
Dengan demikian, fragmen yang pahit dalam kehidupan InsyaAllah akan memperkuat keyakinan kita bahwa Allah sayang pada kita. Demikian sayangnya, sampai-sampai Allah tidak rela menjodohkan kita dengan si fulan yang kita sangka sebagai pelabuhan cinta kita.

Bersiap untuk cinta dan bahagia
“Seandainya ukhti menjadi istri saya, saya berjanji akan membahagiakan ukhti,” demikian ungkapan keinginan para ikhwan terhadap akhwat yang akan mereka lamar. Puluhan, mungkin ratusan angan-angan kita siapkan seandainya si dia menerima pinangan cinta kita. Kita begitu siap untuk berbahagia dan membahagiakan orang lain. Sama seperti banyak orang yang ingin menjadi kaya, tenar dan dipuja banyak orang.
Sayang, banyak diantara kita yang belum siap untuk merasa kecewa. Dan ketika impian itu berakhir kita seperti terhempas. Tidak percaya bahwa itu bisa terjadi, ada akhwat yang ‘berani\' menolak pinangan kita. Bila kurang waras, mungkin akan keluar ucapan, “berani-beraninya...” atau “apa yang kurang dari saya.....”
Akhi dan ukhti, jangan biarkan angan-angan membuai kita dan membuat diri menjadi tulul amal, panjang angan-angan. Sadarilah semakin tinggi angan membuai kita, semakin sakit manakala tak tergapai dan terjatuh. Ambillah sikap simbang setiap saat; bersiap diri menjadi senang sekaligus kecewa. Sikap itu akan menjadi bufferl penyangga mental kita, apapun yang terjadi kelak.
Manakala kenyataan pahit yang ada di depan mata, sang akhwat menolak khitbah kita atau sang ikhwan memilih ‘bunga\' yang lain, hati ini tidak akan tercabik. Yang akan datang adalah keikhlasan dan sikap lapang dada. Demikian pula saat ia menjatuhkan pilihannya pada kita, hati ini akan bersyukur padaNya karena doa terkabul, keinginan menjadi kenyataan.
” Menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya urusannya seluruhnya baik dan tidaklah hal itu dimiliki oleh seseorang kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat ia bersyukur maka hal itu baik baginya, dan jika menderita kesusahan ia bersabar maka hal itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)

Bukan Aib
Ditolak? Emang enak! Wah, mungkin demikian pikiran sebagian ikhwan. Malu, kesal dan kecewa menjadi satu. Tapi itulah bentuk ‘perjuangan\' menuju pernikahan. Kita tidak akan pernah tahu apakah sang pujaan menerima atau menolak kita, kecuali setelah mengajukan pinangan padanya. Manakala ditolak tidak usah malu, bukan cuma kita yang pernah ditolak, banyak ikhwan yang ‘senasib\' dan ‘sependeritaan\'.
Saatnya berjiwa besar ketika ditolak. Tidak perlu merasa terhina. Demikian pula saat banyak orang tahu hal itu. Bukankah apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang benar? Mengapa mesti malu.

‘Kita mungkin takkan Bahagia\'
Marah-marah karena lamaran tertolak? Mendoakan keburukan pada ikhwan yang tidak mencintai kita? Itu bukan sikap seorang muslim/muslimah yang baik. Tidak ada yang bisa melarang seseorang untuk jatuh cinta maupun menolak cinta. Sebagaimana kita punya hak untuk mencintai dan melamar orang, maka ada pula hak yang diberikan agama pada orang lain untuk menolak pinangan kita. Bahkan dalam kehidupan rumah tangga pun seorang suami dan istri diberikan hak oleh Allah SWT. Untuk membatalkan sebuah ikatan pernikahan.
Mengapa ada hak penolakan cinta yang diberikan Allah pada kita? Bahkan dalam pernikahan ada pintu keluar ‘perceraian\'? jawabannya adalah sangat mungkin manusia yang jatuh cinta atau setelah membangun rumah tangga, ternyata tak kunjung memperoleh kebahagiaan ( al hanaah ) dari pasangannya, maka tiada guna mempertahankan sebuah bahtera rumah tangga bila kebahagiaan dan ketentraman tak dapat diraih. Wallahu\'alam bi ash shawab
“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma\'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.” ( Al-Baqarah[2]:229 )
Berpikir positiflah manakala cinta tak berbalas. Belum tentu kita memperoleh kebahagiaan bila hidup bersamanya. Apa yang kita pandang baik secara kasat mata, belum tentu berbuah kebaikan di kemudian hari.
Adakalanya keinginan untuk hidup bersama orang yang kita idamkan begitu menggoda. Tapi bila ternyata cinta kita bertepuk sebelah tangan, untuk apa semua kita pikirkan lagi? Allah Maha Pangatur, ia pasti akan mempertemukan kita dengan orang yang memberikan kebahagiaan seperti yang kita angankan. Bahkan mungkin lebih dari yang kita harapkan.
Be positive thinking, suatu hari kelak ketika antum telah menikah dengan orang lain –bukan dengan si dia yang antum idamkan- niscaya antum takjub dengan kebahagiaan yang antum rasakan. Percayalah banyak orang yang telah merasakan hal demikian.

‘Saya tak mungkin berbahagia tanpanya\'
ini adalah perangkap, ia akan memenjarakan kita terus menerus dalam kekecewaan. Perasaan ini juga menghambat kita untuk mendapatkan kesempatan berbahagia dengan orang lain. Mereka yang terus menerus mengingat orang yang pernah menolaknya, dan masih terbius dengan angan-angannya sebenarnya tengah menyiksa perasaan mereka sendiri dan menutup peluang untuk bahagia.
Mari berpikir jernih, untuk apa memikirkan orang lain yang sudah menjalani kehidupannya sendiri? Jangan biarkan orang lain membatalkan kebahagiaan kita. Diri kitalah yang bisa menciptakannya sendiri. Untuk itu tanamkan optimisme dan keyakinan terhadap qadla Allah SWT.
Insya Allah, akan ada orang yang membahagiakan kita kelak.

Cinta membutuhkan waktu
“maukah ukhti menjadi istri saya? Saya tunggu jawaban ukhti dalam waktu 1 X 24 jam!” Masya Allah, cinta bukanlah martabak telor yang bisa di tunggu waktu matangnya. Ia berproses, apalagi berbicara rumah tangga, pastinya banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan. Ada unsur keluarga yang harus berperan. Selain juga ada pilihan-pilihan yang mungkin bisa diambil.
Jadi harap dipahami bila kesempatan datangnya cinta itu menunggu waktu. Seorang akhwat yang akan dilamar –contoh extrim pada kasus diatas- bisa jadi tidak serta merta menjawab. Biarkanlah ia berpikir dengan jernih sampai akhirnya ia melahirkan keputusan. Jadi cara berpikir seperti di atas sebenarnya lebih cocok dimiliki anggota tim SWAT ketimbang orang yang berkhitbah Ideal bagus, Tapi realistik adalah sempurna
“Suami yang saya dambakan adalah yang bertanggungjawab pada keluarga, giat berdakwah dan rajin beribadah, cerdas serta pengertian, penyayang, humoris, mapan dan juga tampan.”
Itu mungkin suami dambaan Anda duhai Ukhti . tapi jangan marah bila saya katakan bahwa seandainya kriteria itu adalah harga mati yang tak tertawar, maka yang ukhti butuhkan bukanlah seorang ikhwan melainkan kitab-kitab pembinaan. Kenyataannya tidak ada satupun lelaki didunia ini yang bisa memenuhi semua keinginan kita. Ada yang mapan tapi kurang rupawan, ada yang rajin beribadah tapi kurang mapan, ada yang giat dakwah dakwah tapi selalu merasa benar sendiri, dsb.
Ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki kriteria bagi calon suami/istri kita, lantas membuat kita mengubah prinsip menjadi ‘yang penting akhwat” atau “yang penting ikhwan”. Tapi realistislah, setiap menusia punya kekurangan – sekaligus kelebihan. Mereka yang menikah adalah orang-orang yang berani menerima kekurangan pasangannya, bukan orang-orang yang sempurna. Tapi berpikir realistis terhadap orang yang akan melamar kita, atau yang akan kita lamar, adalah kesempurnaan Maka doa kita kepada Allah bukanlah,”berikanlah padaku pasangan yang sempurna” tetapi “ya Allah, karuniakanlah padaku pasangan yang baik bagi agamaku dan duniaku.”

Kekuatan Ruhiyah
Percaya diri itu harus, tapi overselfconfidence adalah kesalahan. Jangan terlalu percaya diri akhi bahwa lamaran antum diterima. Jangan juga terlalu yakin ukhti, bahwa sang pujaan akan datang ke rumah anti. Perjodohan adalah perkara gaib. Tanpa ada seorang pun yang tahu kapan dan dengan siapa kita akan berjodoh. Cinta dan berjodohan tidak mengenal status dan identifikasi fisik. Bukan karena ukhti cantik maka para ikhwan menyukai ukhti. Juga bukan karena akhi seorang hamalatud da\'wah lalu setiap akhwat mendambakannya.
Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain menurut persepsi kita. Bukankah sering kita melihat seseorang yang menurut kita “luar
biasa” berjodoh dengan yang ‘biasa-biasa\'. Seperti seringnya kita melihat pasangan yang ganteng dan cantik, populer tapi kemudian berpisah. Inilah rahasia cinta dan perjodohan, tidak bisa terukur dengan ukuran-ukuran manusia
Maka landasilah rasa percaya diri kita dengan sikap tawakal kepada Allah. Kita berserah diri kepadaNya akan keputusan yang ia berikan.
Jauhilah sikap takkabur dan sombong. Karena itu semua hanya akan membuat diri kita rendah dihadapan Allah dan orang lain. Intinya saya bermaksud mengatakan ‘jangan ke-ge-er-an\' dengan segala title dan atribut yang melekat pada diri kita.
Beri cinta kesempata (lagi)
“..........dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” ( QS. Yusuf[12]:87 )
bersedih hati karena gagal bersanding dengan dambaan hati wajar adanya. Tapi bukan alasan untuk menyurutkan langkah berumah tangga.
Dunia ini luas, demikian pula dengan orang-orang yang mencintai kita. Kegagalan cinta bukan berarti kita tidak berhak bahagia atau tidak bisa meraih kebahagiaan. Bila hari ini Allah belum mempertemukan kita dengan orang yang kita cintai, insyaAllah ia akan datang esok atau lusa, atau kapanpun ia menghendaki, itu adalah bagian dari kekuasaanNya cinta juga berproses. Ia membutuhkan waktu. Ia bisa datang dengan cepat tak terduga atau mungkin tidak seperti yang kita harapkan. Ada orang yang dengan cepat berumah tangga, tapi ada pula yang merasakan segalanya berjalan lambat, namun tidak pernah ada kata terlambat untuk merasakan kebahagiaan dalam pernikahan. Beri kesempatan diri kita untuk kembali merasakan kehangatan cinta. ‘ love is knocking outside the door.\' Kata musisi Tesla dalam senandung love will find a way. Tidak pernah ada kata menyerah untuk meraih kebahagiaan dalam naungan ridhoNya. Yang pokok, ikhwan atau akhwat yang kelak akan menjadi pasangan kita adalah mereka yang dirihoi agamanya.
“jika melamar kepada kalian seseorang yang kalian ridho agamanya dan akhlaknya maka nikahkanlah ia, bila kalian tidak melakukannya maka akan ada fitnah di muka bumi dan kerusakan yang nyata” (HR. Turmudzi)
“ Wanita dinikahi karena satu dari tiga hal; dinikahi karena hartanya, dinikahi karena kecantikannya, dinikahi karena agamanya. Maka
pilihlah yang memiliki agama dan akhlak (mulia) niscaya selamat dirimu.” (HR.Ahmad)

Read More...complete..

Ibu,Ceritakan Aku Tentang Ikhwan Sejati.....

Seorang Remaja Putri bertanya pada Ibunya
ibu,ceritakan padaku tentang ikhwan sejati
sang ibu tersenyum dan menjawab
ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar
tetapi dari KASIH SAYANGnya pada orang sekitar

ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang
lantang
tetapi dari KELEMBUTANnya dalam mengatakan kebenaran
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat
disekitarnya
tetapi dari SIKAP BERSAHABATNYA pada generasi muda
bangsa
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia
dihormati ditempat bekerjanya
tetapi bagaimana dia DIHORMATI didalam rumahnya
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan
tetapi dari SIKAP BIJAKNYA memahami persoalan
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang
bidang
tetapi dari HATINYA DIBALIK ITU.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat
yang memujanya
tetapi dari KOMITMENT terhadap akhwat yang dicintainya
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang
dibebankan
tetapi dari TABAHNYA ia menjalani liku-liku kehidupan
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca
Qur\'an
tetapi dari KONSISTENSI DIA dalam menjalankan apa yang
ia baca

Setelah itu ia kembali bertanya
"siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu
ibu?"
sang ibu memberinya buku dan berkata
"pelajari tentang dia"
ia pun mengambil itu
"MUHAMMAD" judul buku yang tertulis dibuku itu.



SEORANG PENDOA TENTANG DOANYA

Ketika kumohon kepada Allah KEKUATAN
Allah memberiku "kesulitan" agar menjadi kuat
Ketika kumohon kepada Alloh KEBIJAKSANAAN
Allah memberiku "masalah" untuk dipecahkan
Ketika kumohon kepada Allah KESEJAHTERAAN
Allah memberiku " alat untuk berfikir"
Ketika kumohon kepada Allah KEBERANIAN
Allah memberiku "bahaya" untuk kuatasi
Ketika kumohon kepada Allah sebuah CINTA
Allah memberiku "orang-orang bermasalah untuk
kutolong"
Ketika kumohon kepada Alloh BANTUAN
Allah memberiku "keselamatan"

.....Aku tak pernah menerima apa yang kupinta !!..
TAPI aku menerima apa yang kubutuhkan
DOAKU TERJAWAB SUDAH!

(" Semoga ujub diri terkikis dengan kerendahan hati dalam memohon padaNya)

YA ALLOH, MENGAPA Ummiku SERING MENANGIS?

Seorang anak kecil bertanya pada Tuhannya?
Rabbi, mengapa Ummiku menangis
Alloh menjawab,
Karena Ummimu seorang wanita..
Aku menciptakan wanita sebagai mahluk yang istimewa
Aku kuatkan bahunya untuk menyangga dunia
Aku lembutkan hatinya untuk memberi rasa aman
Aku kuatkan rahimnya untuk melahirkan benih manusia
Dan aku tabahkan pribadinya untuk terus berjuang saat
orang lain menyerah

Aku beri dia rasa sensitif untuk mencintai
putra-putrinya
Aku tanamkan rasa sayang yang akan meninabobokan
anak-anaknya
dan berbagi cerita dengan putra-putrinya yang beranjak
dewasa
Aku berikan dia kekuatan untuk memikul beban keluarga
tanpa mengeluh
Aku kuatkan batinnya untuk tetap menyayangi meski
disakiti oleh buah hatinya sekalipun!
Aku beri dia keindahan untuk melindungi batin suaminya
Aku beri dia kebijaksanaan untuk mengerti
bahwa suami yang baik tak kan pernah menyakitinya
tapi kadang itu hanya ujian, apakah benar ia wanita
setia

Ummimu, mahluk yang sangat kuat
Jika suatu saat kau lihat ummimu menangis,
Karena aku beri dia air mata, yang bisa ia gunakan
sewaktu-waktu
Untuk membasuh luka batinnya dan memberikan kekuatan
yang baru....

(semoga kita termasuk ananda yang selalu
mendoakan ibunda kita..)

Read More...complete..

Emang dalam Islam itu Pernikahan Harus Dipisah, Ya?

Publikasi: 01/07/2005 09:44 WIB
Assalamu\'alaikum, Ustaz.
Saya cuma mau tanya, emang dalam Islam itu pernikahan harus dipisah ya? Tolong dijelasin donk, Ustaz. Jazakallah.
Wassalam,
Dewi

Jawaban:
Assalamu \'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Al-hamdulillah, wash-shalatu wassalamu \'ala rasulillah, wa ba\'du
Masalah pemisahan ruangan antara laki-laki dan wanita sebenarnya tidak hanya terkait dengan masalah pernikahan. Tetapi terkait dengan semua bentuk aktifitas kehidupan sehari-hari. Titik masalahnya ada pada perbedaan pandangan para ulama tentang hal itu. Sebagian ulama mengatakan bahwa laki-laki dan wanita tidak boleh berjumpa dalam satu ruangan, melainkan harus ada tabir/hijab yang memisahkan dan menutupi mereka. Dan ketentuan itu bukan hanya dalam masalah pernikahan, melainkan dalam setiap nafas kehidupan.

Di sisi lain, ada ulama yang tidak sepakat dengan hal itu. Mereka tidak mengharamkan pertemuan antara laki-laki dan wanita di dalam satu tempat. Yang diwajibkan hanyalah bahwa para wanita itu harus mentup auratnya, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua tapak tangan. Dan agar mereka menjaga tata pergaulan yang baik serta menghindari fitnah. Namun tetap dibolehkan untuk bertemu yang bukan khalwat seperti biasa tanpa harus dipasang hijab atau tabir pemisah.
Yang disepakati adalah bahwa para wanita wajib menutup aurat dan berpakaian sesuai dengan ketentuan syariat. Juga sepakat bahwa tidak boleh terjadi ikhtilat (campur baur) antara laki dan wanita. Serta haramnya khalwah atasu berduaan menyepi antara laki-laki dan wanita. Sedangkan kewajiban untuk memasang kain tabir penutup antara ruangan laki-laki dan wanita, sebagian ulama mewajibkan dan sebagian lainnya tidak mewajibkan.

Kalau kita gali lebih jauh masalah ini, kita akan menemukan bahwa masing-masing pendapat itu ternyata didukung dengan dalil-dalil syar\'i yang kuat. Sehingga wajar saja bila masing-masing pihak merasa harus bertahan dengan pendapatnya. Oleh karena itu, kitapun juga berhak untuk menentukan pilihan atau kedua pendapat itu.
1. Pendapat Pertama: Yang Mewajibkan Pemisahan Ruangan/Pasang Tabir
Mereka yang mewajibkan harus dipasangnya kain tabir penutup ruangan berangkat dari dalil baik Al-Qur\'an maupun As-Sunah.
a. Dalil Al-Qur\'an:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak, tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu , dan Allah tidak malu yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka, maka MINTALAH DARI BELAKANG TABIR. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti Rasulullah dan tidak mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar di sisi Allah. (QS Al-Ahzab: 53)
Ayat tersebut menyatakan bahwa memasang kain tabir penutup meski perintahnya hanya untuk para isteri nabi, tapi berlaku juga hukumnya untuk semua wanita. Karena pada dasarnya para wanita harus menjadikan para istri nabi itu menjadi teladan dalam amaliyah sehari-hari. Sehingga kihtab ini tidak hanya berlaku bagi istri-istri nabi saja tetapi juga semua wanita mukminat.
b. Dalil As-Sunnah
Diriwayatkan oleh Nabhan bekas hamba Ummu Salamah, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah berkata kepada Ummu Salamah dan Maimunah yang waktu itu Ibnu Ummi Maktum masuk ke rumahnya. Nabi bersabda, "Pakailah tabir." Kemudian kedua isteri Nabi itu berkata, "Dia (Ibnu Ummi Maktum) itu buta!" Maka jawab Nabi, "Apakah kalau dia buta, kamu juga buta? Bukankah kamu berdua melihatnya?"

2. Pendapat Kedua: Yang Tidak Mewajibkan
Oleh mereka yang mengatakan bahwa tabir penutup ruangan yang memisahkan ruangan laki-laki yang wanita itu tidak merupakan kewajiban, kedua dalil di atas dijawab dengan argumen berikut:

a. Dalil Al-Qur\'an
Sebagian ulama mengatakan bahwa kewajiban memasang kain tabir itu berlaku hanya untuk pada istri Nabi, sebagaimana zahir firman Allah dalam surat Al-Ahzab: 53.
Hal itu diperintahkan hanya kepada istri nabi saja karena kemuliaan dan ketinggian derajat mereka serta rasa hormat terhadap para ibu mukimin itu. Sedangkan terhadap wanita mukminah umumnya, tidak menjadi kewajiban harus memasang kain tabir penutup ruangan yang memisahkan ruang untuk laki-laki dan wanita.
Dan bila mengacu pada asbabun nuzul ayat tersebut, memang kelihatannya memang diperuntukkan kepada para istri nabi saja.

b.Dalil Sunnah
Kalangan ahli tahqiq (orang-orang yang ahli dalam penyelidikannya terhadap suatu hadis/pendapat) mengatakan bahwa hadits Ibnu Ummi Maktum itu merupakan hadis yang tidak sah menurut ahli-ahli hadis, karena Nabhan yang meriwayatkan Hadis ini salah seorang yang omongannya tidak dapat diterima.
Kalau ditakdirkan hadis ini sahih, adalah sikap kerasnya Nabi kepada isteri-isterinya karena kemuliaan mereka, sebagaimana beliau bersikap keras dalam persoalan hijab.

c. Dalil Lainnya: Isteri yang Melayani Tamu-Tamu Suaminya
Banyak ulama yang mengatakan bahwa seorang isteri boleh melayani tamu-tamu suaminya di hadapan suami, asal dia melakukan tata kesopanan Islam, baik dalam segi berpakaiannya, berhiasnya, berbicaranya dan berjalannya. Sebab secara wajar mereka ingin melihat dia dan dia pun ingin melihat mereka. Oleh karena itu tidak berdosa untuk berbuat seperti itu apabila diyakinkan tidak terjadi fitnah suatu apapun baik dari pihak isteri maupun dari pihak tamu.
Sahal bin Saad al-Anshari berkata sebagai berikut, "Ketika Abu Asid as-Saidi menjadi pengantin, dia mengundang Nabi dan sahabat-sahabatnya, sedang tidak ada yang membuat makanan dan yang menghidangkannya kepada mereka itu kecuali isterinya sendiri, dia menghancurkan (menumbuk) korma dalam suatu tempat yang dibuat dari batu sejak malam hari. Maka setelah Rasulullah s.a.w. selesai makan, dia sendiri yang berkemas dan memberinya minum dan menyerahkan minuman itu kepada Nabi." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dari hadis ini, Syaikhul Islam Ibnu Hajar berpendapat, "Seorang perempuan boleh melayani suaminya sendiri bersama orang laki-laki yang diundangnya ..."
Tetapi tidak diragukan lagi, bahwa hal ini apabila aman dari segala fitnah serta dijaganya hal-hal yang wajib, seperti hijab. Begitu juga sebaliknya, seorang suami boleh melayani isterinya dan perempuan-perempuan yang diundang oleh isterinya itu.
Dan apabila seorang perempuan itu tidak menjaga kewajiban-kewajibannya, misalnya soal hijab, seperti kebanyakan perempuan dewasa ini, maka tampaknya seorang perempuan kepada laki-laki lain menjadi haram.

d. Dalil bahwa Masjid Nabawi di Zaman Rasulullah SAW Tidak Memakai Tabir
Pandangan tidak wajibnya tabir didukung pada kenyataan bahwa masjid nabawi di masa Rasulullah SAW masih hidup pun tidak memasang kain tabir penitup yang memisahkan antara ruangan laki-laki dan wanita. Bahkan sebelumnya, mereka keluar masuk dari pintu yang sama, namun setelah junmlah mereka semakin hari semakin banyak, akhirnya Rasulullah SAW menetapkan satu pintu khusus untuk para wanita. Hanya saja Rasulullah SAW memisahkan posisi shalat laki-laki dan wanita, yaitu laki-laki di depan dan wanita di belakang
Wallahu a\'lam bish-shawab, Wassalamu \'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ahmad Sarwat, Lc.

Read More...complete..

Kamis, 25 Oktober 2007

Mulia Di Akhirat & Meraih Dunia dengan Ilmu

”Hidup bahagia,mati masuk syurga” yup,pasti setiap orang ingin seperti itu.Jadi apa yang dapat kita lakukan untuk mewujudkannya?
Allah Ta’ala telah mengajarkan sebuah doa dalam firmanNya:
”Wahai Rabb kami,berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat” (QS.Al-Baqarah : 201)
Al-Hasan rahimahullah (wafat th. 110 H) berkata, ”Yang dimaksud kebaikan dunia adalah ilmu dan ibadah, dan kebaikan akhirat adalah Syurga ”Sedangkan Ibnu Wahb (wafat th.197 H) rahimahullah berkata, ”Aku mendengar Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata ”Kebaikan di dunia adalah rizki yang baik dan ilmu, sedangkan kebaikan di akhirat adalah syurga”


Perhatikanlah bagaimana para ulama memegang ilmu sebagai sumber kebaikan di dunia,yang dengannya dapat diraih pula kebaikan di akhirat berupa syurga.Karena itu, hal utama yang harus kita lakukan untuk mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah dengan terus menerus mengejar ilmu dengan mengikhlaskan niat karena Allah Ta’ala.Ilmu yang dimaksud adlah ilmu yang bermanfaat.

Imam Ibnu Rajab (wafat th.795 H) rahimahullah mengatakan bahwa ”Ilmu yang bermanfaat menunjukkan pada dua hal : Pertama,mengenal Allah Ta’ala dan segala pa yang menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini mengharuskaan adanya pengagungan, rasa takut,cinta,harap,dan tawakkal kepada Allah serta ridha terhadap takdir dan segala musibah yang Allah Ta’ala berikan.

Kedua, mengetahui segala apa yang dibenci dan dicintai Allah Azza wa Jalla dan menjauhi apa yang dibenci dan dimurkai olehNya berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan bathin. Hal ini emengharuskan orang yang mengetahuinya untukbersegera melakukan segala apa yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya. Apabila ilmu itu menghasilkan kedua hal ini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat.

Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan menancap dalam hati maka sungguh, hati itu akan tunduk dan meras patuh pada Allah Azza wa Jalla, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit dari keuntungan dunia yang halal dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu menjadikannya qanaah dan zuhud di dunia.”

Rasululah Salallahu Allaihi Wasallam mendoakan orang-orang yang mendengarkan sabda beliau dan memahaminya dengan keindahan dan berserinya wajah. Beliau bersabda :

”Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengarkan sebuah hadist dari kami, lalu menghafalkannya dan menyampaikannya kepada orang lain. Banyak orang yang membawa fiqih namun dia tidak memahami. Dan banyak orang yang menerangkan fiqih pada orang yang lebih faham darinya. Ada tiga hal yang tidak dapat dpungkiri hati seorang muslim selama-lamanya: melakukan sesuatu dengan ikhlas karena Allah, menasehati ulul amri (penguasa) dan berpegang teguh pada jama’ah kaum muslimin,karena do’a mereka meliputi orang-orang ayng berada dibelakang mereka.”

Beliau bersabda,

”Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan kekuatannya,menjadikan kekayaan di hatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang tealah ditetapkan baginya.” (Hadist Shahih diriwayatkan oleh Ahmad (V/183),ad-Darimi(I/75),Ibnu Hibban (no 72,73-Mawarid),Ibnu’Abdil Barr dalam Jaami’Bayaanil’Ilmi wa Fadhlihi(I/175-176,no.184),lafazh hadist ini milik Imam Ahmad dari Abdurrahman bin Aban bin ’Utsman radhiyallahu’anhum)

Jadi, ayo semangat menuntut ilmu..!! supaya bahagia dunia dan akhirat, insyaAllah. Jangan lupa ikhlaskan niat pada Allah Subhanahu Wata’ala.

Israil bin Yunus (wafat th.160 H) rahimahullah mengatakan,

”Barangsiapa menuntut ilmu karena Allah Ta’ala, maka ia mulia dan bahagia di dunia.Dan barangsiapa menuntut ilmu bukan karena Allah, maka ia merugi di dunia dan akhirat.”

Dan diantara doa yang Rasulullah ucapkan adalah : ”Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat,rizki yang halal, dan amal yang diterima.”

Wallahu’alam bishowab

Disarikan dari buku: Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga, oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawaz
www.jilbab.or.id

Read More...complete..

Curriculum Vitae

Ini adalah tentang aku..aku ingin menjadikannya kenangan yang berarti bagi aku.....

Data Pribadi

  • Nama : Nursyafriady
  • Panggilan : Yadi
  • Tempat Tangal Lahir : Sumbawa Besar, 5 Maret 1983
  • Status : Belum Nikah
  • Jenis kelamin : Laki – Laki
  • Agama : Islam
  • Tinggi / Berat : 178 cm / 68 Kg
  • Hp. : 08175742434
  • Alamat Jln. Pemuda Blok C, Asrama Mahasiswa Universitas Mataram, NTB.
Pendidikan Formal
  • SDN 14 Sumbawa Besar
  • SMPN 1 Sumbawa Besar
  • SMUN 2 Sumbawa Besar
  • Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Sistem Telekomunikasi, Universitas Mataram, Mataram
Pendidikan Non-Formal
  • Kursus Teknisi Komputer, Microchip, Taman baru Mataram
  • Kursus Microsoft Office Excel, Internet, Pusat komputer, Universitas Mataram
  • Kursus Bahasa Inggris, Level Elementary, Pre-Intermediete dan Intermediete, Pusat Bahasa Universitas Mataram
  • Pelatihan Teknisi Networking Sistem Operasi Linux, Laboratorium Komputer, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mataram.
Pengalaman Akademik
  • Asisten Praktikum Fisika Dasar Bidang Optik Lensa, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mataram.
  • Asisten Praktikum Dasar Sistem Telekomunikasi Bidang Telephony Digital Dan Single Side- Band, Jurusan Teknik Elektro, Fakulas Teknik, Universitas Mataram.
  • Anggota Tim Penelitian Riset Science Dasar (PRSD) Bidang Geolistrik Dan Geomagnet, Untuk Pendugaan Anomali Medan Geomagnet dan Pendugaan Struktur Bawah Permukaaan Daerah Mataram, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mataram.
  • Praktek Kerja Lapangan Di Divisi Transmisi Daya, Perencanaan Link Budget Radio SDH, Kantor Telkom Nusra, Mataram
Pengalaman Kerja
Administrator Rental Komputer Dan Warung Internet , Jurusan Teknik Elektro

Pelatihan Dan Seminar

  • Pelatihan implementasi Keamanan Sistem Informasi menggunakan Sistem Operasi Linux, Departement Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Bidang Perangkat Lunak Dan Content, Di Hotel Grand Legi, Mataram
  • Australian English Day, Di Hotel Lombok Raya, Mataram
  • Seminar Teknologi Code Division Multiple Access (CDMA), STT – Telkom, Di Auditorium Universitas Mataram, Mataram
  • Latihan Manajemen Dakwah I, Unit Kegiatan Keislaman As-Sirraj, Fakultas Teknik Universitas Mataram.
  • Seminar Perpustakaan Digital, UPT Perpustakaan Pusat, Universitas Mataram.
  • Seminar Pro-Kontra Pengadaan ATM Kondom Di Daerah Mataram, Kantor Dikpora Provinsi NTB, Mataram.
Pengalaman Organisasi
  • Bidang Kemahasiswaan, Himpunan Mahasiswa Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mataram.
  • Bidang Kesekretariatan Forum Aktivitas Muda Islam Peduli (FAMILI) Samawa
  • Bidang Penerbitan Dan Kaderisasi Unit Kegiatan Keislaman As-Siraaj, Fakultas Teknik Universitas Mataram.
  • Bidang Pemberdayaan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Lembaga Dakwah Kampus Ba'bul Hikmah Universitas Mataram.

Read More...complete..

Rabu, 24 Oktober 2007

MY PROFILE


Aku Lahir Dan Gede Di "SAMAWA"..
sekarang aku kuliah di Teknik Elektro Universitas Mataram, Program Studi Sistem Telekomunikasi..
Tu...Fotoku Waktu Aku PKL di Kantor Telekomunikasi Nusa Tenggara Mataram...
Tugas Akhir Aku Buatin Program Watermarking Suara (Penyembunyian Pesan Image Grayscale ke dalam Suara .WAV)... Pake Delphi 7.0
ya mudahan Deh...Lancar-Lancar aja.

Read More...complete..